Ta`aruf Seumur Hidup


Telah hadir di tangan sebuah Undangan Pernikahan dari seorang sahabat. Undangan pernikahan untuk ke empat kalinya di bulan ini. Perasaanku masih biasa-biasa saja saat satu persatu teman melepas masa lajangnya. Meski pun usia target menikahku telah terlampaui. Saat masih kuliah, aku mempunyai target menikah di usia 21 tahun. Saat usia menginjak 25 tahun, yang aku rasakan justru semakin santai menjalani penantian jodoh. Keluarga pun tak banyak menuntut untuk aku segera menikah. Tak nampak seorang pun laki-laki yang mengunjungi rumahku saat malam minggu datang untuk “apel” seperti pada umumnya. Memang tak seperti pada umumnya, aku memilih untuk tidak melalui pacaran dalam memilih suami.

Sejak kelas tiga SMP, aku sudah mengetahui bahwa pacaran tidak ada dalam ajaran Islam. Bukan berarti virus merah jambu tak pernah menyapa. Virus merah jambu itu beberapa kali menyapa namun tak sampai bersarang parah di dalam dada. Aku masih sanggup menyimpan rapat rasa yang ada. Sampai dengan kuliah bertambah pintarlah aku menyimpan rapat rasa merah jambu yang menyapa. Tergabung dalam lingkaran kebaikan yang bernama Tarbiyah membuatku semakin kuat berprinsip untuk tidak memulai sebuah hubungan pernikahan yang diawali dengan pacaran. Tercelup dalam aktivitas dakwah memberikan pandangan yang berbeda dalam memandang sebuah pernikahan. Keluarga yang dihasilkan oleh sebuah pernikahan itu haruslah keluarga dakwah yang penuh gairah menebar manfaat.

Akhirnya proposal pernikahan itu hadir dibulan Mei 2010. Pada suatu pertemuan rutin, sang murobbi memintaku mengumpulkan biodata proposal pernikahan. Seminggu kemudian murobbi memintaku hadir di rumah beliau untuk menerima biodata proposal dari seorang laki-laki. Murobbi memintaku membawa proposal itu dan memberikan keputusan dalam waktu satu pekan.
Rully Semangat