Tatapan mata itu...
Seketika jantungku berdebar...diakah itu? Setelah sepuluh tahun tak bertemu, tatapan itu masih sama. Ah jadi hilang konsentrasiku mengikuti seminar kali ini. Semoga dia tidak menyadari kehadiranku di ruangan ini.
Akhirnya selesai juga seminar hari ini. Aku harus segera keluar dan pergi dari sini agar keberadaanku tak terlihat. Tapi...
“Faniii...”
Suara itu...aduh, pura-pura tidak dengar saja deh...tetap melangkahkan kaki sewajar mungkin. Tapi...
“Fani kan...?” kini tak sekedar panggilan tapi ada tepukan di bahuku yang tidak bisa aku elak lagi.
“Iya...Fendi ya?” haduuuh tetap dengan kepura-puraan lupa.
“Iyalah...siapa lagi emang?”
Ya Rabb...senyuman itu...
“Sendirian Fan?” tanya Fendi sambil melihat sekelilingku.
“Ho oh” aku mengangguk dan tersenyum maniss.
“Ayaaah...” panggil anak laki-laki usia 7 tahunan dan langsung memeluk Fendi.
Ya Rabb dia sudah mempunyai putra yang manis.
Kesempatan itu aku pakai untuk segera pamitan. Tak mau berlama-lama disini.
“Aku balik dulu ya Fen.”
“Loh...kok buru-buru Fan?”
“Iya nih ada agenda lain. Assalamu`alaikum...”.
“Oh iya...Wa`alaikumsalam Wr Wb...Hati-hati ya”
“Heem..” Langsung kulangkahkan kakiku menuju tempat parkir sepeda motorku.
***
Kuhempaskan badanku di kasur empuk kamar. Akhirnya agenda hari ini tuntas dan aku bisa sampai rumah sebelum magrib.
Pertemuan tadi siang membuatku mengingat kembali sosok itu. Fendi Kurniawan, seorang laki-laki yang pernah datang melamarku tapi ditolak oleh orang tuaku. Alasan orang tuaku menolak pun tidak jelas apa. Baru kutahu setelah tiga bulan setelah penolakan itu, alasannya karena aku telah dijodohkan. Aku dan Fendi tidak pernah berpacaran, kami hanya saling mengenal karena satu sekolah saat SMA, saat melamarku pun aku juga tidak menyangka maksud kedatangannya. Ayahku juga tanpa teding aling-aling langsung menolak lamaran itu tanpa menanyakan pendapatku. Aku sempat kecewa dengan keputusan ayahku tapi pilihanku tetap menuruti keinginan ayahku. Meski pun harus kubuang jauh-jauh perasaanku pada Fendi. Jika menyukai seseorang aku tidak pernah membawa perasaan itu terlalu dalam karena aku menyadari dan tidak mau terluka terlalu dalam jika pada akhirnya bukan jodohku. Hhhh...kuambil nafas dalam-dalam, nampaknya kehidupan Fendi berjalan lancar dia pun telah mempunyai seorang putra yang manis. Senyuman anak itu mirip ayahnya.
***
“Assalamu`alaikum...” kuangkat hp ku yang dari tadi sudah bergetar.
“Wa`alaikumsalam Wr Wb...Fan...ketemuan yuks, bisa?” ajak Aya sahabatku.
“Hmm...boleh, nanti sore insyaaAlloh aku bisa...di rumahku yaa” jawabku.
“Okee...Assalamu`alaikum”
“Wa`alaikumsalam Wr Wb...”. Hmm ada apa ya, Aya tumben ngajak ketemuan lagi padahal baru weekend kemarin ketemu.
***
Ruang tamuku sore ini ramai dengan hadirnya 2 anak Aya yang ikut Mamanya ke rumahku.
“Fan...kamu ketemu Fendi ya di Seminar?” cerocos Aya tiba-tiba mengganti topik awal perbincangan kami.
“Hah...kok kamu tahu Ya?”
“Fendi yang cerita.”
“Loh...kamu ketemu Fendi dimana?”
“Fendi inbok aku di FB tanya no wa ku terus lanjut wa an sama dia.”
“Oh...iya, aku ketemu Fendi. Dia juga sempat nyapa juga.” Jawabku setenang mungkin padahal deg-degan juga. Ingin ku korek lebih dalam pembicaraan mereka di wa tapi kutahan.
“Fendi tanya-tanya tentang kamu Fan.”
“Ngapain tanya-tanya aku?, dia sudah menikah dan punya putra. Aku ketemu dengan putranya juga kemarin di Seminar.”
“Yaa...tanya-tanya biasa sih...kabar kamu gimana, kerja dimana, tinggal dimana...”
“Terus kamu cerita detail gitu aku sekarang gimana?”
“Ya ndak lah...secara umum saja.”
“Good.” Jawabku singkat.
Aku tidak mau terlalu mengumbar kondisiku saat ini. Cukup hanya orang-orang terdekat saja yang tahu.
(bersambung)
#60HMB #SMILE